Beberapa jam lagi, kegiatan expo Alor XIV dan Alor Karnaval VII akan dilakukan. Pembuatan stan-stan, telah ada dan selesai. Berbagai
kreatifitas dari masyarakat Alor siap dipamerkan. Lapangan Mini, pastinya, akan
dibanjiri masyarakat dari berbagai daerah dengan keunikannya masing-masing.
Bicara expo, kali ini, jujur,
itu suatu sikap yang sangat berani, yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah
(Pemda) dan Dinas Pariwisata. Berani, karena dalam suasana covid-19, tetapi tetap menjalankan agenda program tahunannya. Apalagi, kita mengetahui bersama, ada zona merah
yang mewarnai wilayah kita tercinta ini.
Tentu, kegiatan expo ini menghadirkan
suatu polemik yang cukup menyita perhatian masyarakat Alor, bahkan masyarakat
di luar Alor. Dan juga menjadi bahan rapat para anggota dewan di gedung Batu
Nirwala sana (https://tribuanapos.net/2020/09/27) . Itu semua dapat terlihat di media social, cetak, bahkan bahan komunikasi
harian masyarakat Alor. Ada banyak pro, dan ada kontra tentang expo ini.
Di sini, Pemda Alor dan Dinas Pariwisata, dilema. Antara tetap dijalankan
atau membatalkan. Tetapi, menurut saya, itu tugas Pemerintah Daerah dan Dinas Pariwisata
untuk memikirkannya. Dan semoga, pertanyaan ini, masuk dalam pikiran mereka,
yakni, apakah manusia lebih penting dari pendapatan daerah? Ya, dijawab sendiri.
Menyikapi hal itu, saya lihat, Pemerintah Daerah sudah mengeluarkan Keputusan Bupati Alor Nomor 281/HK/KEP/2020 tertanggal 22
September 2020 Tentang Standar Operasional Prosedur (SOP) Era Adaptasi
Kebiasaan Baru Pada Kegiatan Expo Alor XIV Dan Alor Karnaval VII Tahun 2020 (https://kabarntt.co/27/9/2020). Bahkan
meminta partisipasi aktif dari TNI, Polri, Dinas Perhubungan, Polisi Pamong
Praja, terlibat. Mulai nampak setiap pagi, adanya gandengan tangan dalam
penilangan atau mengatur lalulintas sepanjang jalan. Menyempron jalanan, bahkan.
Itu semua, bagus. Patut diapresiasi, dan diacungi jempol, pastinya. Pertanyaan
kemudian adalah, adakah masyarakat, pemerintah, bahkan instansi yang literat di
kegiatan expo ini? Tentu, untuk
menjawab ini, kita akan mengetahui secara pasti, kalau kegiatan expo ini berlangsung.
Pastinya, banyak yang akan bertanya, apa itu literat, dalam kaitan dengan
kegiatan expo ini? Literat, menurut
saya, bukan hanya orang yang cuma tahu membaca, menulis bahkan mengerti tentang
covid-19 ini saja. Tetapi, ada juga
suatu sikap untuk bagaimana menerapkan pengetahuan atau pemahaman yang ada
dalam suatu aksi nyata, agar tidak tertularnya covid-19 ini.
Dalam pada itu, contoh yang dapat dikaitkan, misalnya, pihak Pemerintah
Daerah, bersama Dinas Pariwisata, dan instansi lain, yang terkait di dalamnya, tentunya
sudah tahu atau mengerti persis persoalan yang terjadi saat ini, di negeri ini.
Ada covid-19. Bahkan, daerah ini pernah
memasuki zona merah. Dan, lebihnya lagi, sudah mengeluarkan Keputusan Bupati. Tetapi,
menurut saya, bukan hanya sekedar mengeluarkannya. Harus ada suatu aksi riil,
seperti yang tertera di dalam keputusan itu. Begitu juga dengan masyarakat
Alor. Semuanya sama, harus menjankan keputusan.
Semua kalangan masyarakat, harus literat. Literat sudah seharusnya, ada.
Ada di pihak Pemerinta Daerah, Dinas terkait, TNI, Polri, Polisi Pamong Praja,
bahkan warga masyarakat itu sendiri. Dengan demikian, pertanyannya, perlukah expo? Saya pikir, saya tidak perlu
menjawab itu. Yang sangat perlu adalah, adanya para literat sejati dari semua
kalangan masyarakat Alor. Apakah mengikuti expo
secara langsung atau tidak? Ya, itu hak semua kita. Itu adalah literat yang
sejati. Semoga ada sang literat sejati dalam kegiatan expo ini sehingga tidak ada penularan covid-19-nya!