(Gusti O. Hingmane,S.Pd.,Gr, alumnus FKIP Bahasa Inggris, UNDANA)
Melihat keterbelakangan propinsi kita dalam dunia pendidikan,
banyak masyarakat dalam propinsi kita yang mengeluh, dan propinsi lain bahkan
negara lain (Damian Paskal Lelo, mahasiswa dari Portugal (dalam Timor Express,
Senin, 19 Juli 2010)) pun angkat bicara dan bertanya, ada apa dengan propinsi
NTT, sehingga pendidikannya sangat memprihatinkan? Apa saja yang dilakukan oleh
para pejabat yang bergigi di propinsi itu? Dan apa yang sedang mereka lakukan terhadap
pendidikan di propinsi ini?
Kalau kita melihat keadaan
sekarang, para pejabat yang bergigi mulai tidak menggubris tentang pendidikan
di propinsi ini. Mereka telah bosan, atau hal ini telah menjadi basi untuk
dibicarakan. Sebagai contoh konkrit, kerjasama yang dilakukan oleh pemerintah
bersama Perguruan Tinggi untuk dapat menyelesaikan problema pendidikan di NTT
ini masih terkubur rapat, masih belum diketahui apanya yang salah dan bagaimana
solusinya. Di samping itu, yang sangat memprihatinkan, pemerintah masih
memfokuskan ke hal-hal yang bukan menunjang pendidikan secara langsung, yang
dapat kita lihat, dimana propinsi ini akan dijadikan sebagai propinsi ternak,
propinsi koperasi, propinsi cendana, dan propinsi jagung. Pemerintah bukan
mencari usahan untuk memajukan pendidikan kita, malahan mengurus hal-hal yang
bukan berhubungan dengan pendidikan. Karena menurut saya ketidakberdayaan rakyat
disebabkan oleh rendahnya mutu pendidikan. Pendidikan yang rendah menyebabkan
rakyat tidak mengenal hak-hak asasinya, yaitu hak-hak politik, hak-hak ekonomi,
dan hak-hak sebagai manusia.
Perlu kita acungi jempol buat
beberapa yayasan yang sampai sekarang masih gencar-gencarnya membicarakan
tentang pendidikan, sebagaimana yang dimuat oleh harian Timor Express, yakni
pada senin 12 Juli 2010, oleh Blok Politik Masyarakat Sipil (BPMS) dan Bengkel
Appek (Advokasi Pemberdayaan dan Pengembangan Kampung) dengan topik ”Pendidikan
dan Tranformasi Pembangunan Melalui Pengelolaan Sumber Daya Alam”. Dari kegiatan
seminar tersebut bertanda bahwa mereka sangat peduli dengan pendidikan.
Berkaitan dengan kegiatan yang sejenis ini, saya sering sangat kecewa dengan beberapa
pejabat yang jikalau ada kegiatan seminar yang berhubungan dengan pendidikan,
mereka sering mengabsenkan diri, dengan berbagai alasan. Pertanyaanya, apa
sebenarnya yang ditakutkan, sehingga sampai tidak menghadirkan diri dalam kegiatan-kegiatan
tersebut? Takut dikritik? Takut dibilang tidak bertanggungjawab? Atau takut dibilang
tidak berkompoten? Atau alasan apa lagi?
Saya pikir, kita jangan lari
dari kenyataan dan menggonggong orang dengan sembarang, yakni menyalahkan satu
dengan yang lain ketika kelulusan di propinsi ini sangat merosot. Apakah cara
itu yang disebut pemimpin? Sebagai seorang pemimpin, setidak-tidaknya datang
menhadiri seminar tersebut, bila perlu memberikan penjelasan kepada publik
tentang masalah-masalah yang menjatuhkan bahkan mencoreng propinsi ini, bila
perlu menghimbau kepada seluruh peserta seminar untuk secara bersama-sama
memperbaiki pendidikan kita ini. Dan yang lebih penting adalah menerima
kritikan-krtikan yang berhubungan dengan transformasi pendidikan ke depannya.
Saya pikir poin yang terakhir ini yang belum dimiliki oleh pemimpin-pemimpin
yang bergigi di propinsi ini, karena lewat kritikan-kritikan tersebut kita akan
dibentuk dan pasti lebih baik lagi.
If I Were a
President, I Would Instruct to….
Melihat keadaan di atas, maka
saya berandai-andai sebagai seorang presiden yang mempunyai otoritas di negeri
ini, dan akan aku tunjukkan kepada semua negara yang
ada di dunia ini, bahwa bangsa Indonesia, rakyatnya tidak sebodoh yang
dibicarakan, tidak semiskin yang dilihat, dan tidak yang lainnya, tetapi bangsa
ini pendidikannya yang dinomorsekiankan oleh para “little leaders”. Maka dari
itu, saya akan mengistruksikan kepada semua “little leaders” yang terkait
dengan pendidikan, seperti menteri pendidikan, para gubernur, para walikota,
para bupati, para lurah, para camat, para kepala desa, sampai pada RT/RW untuk
secara bersama-sama memperhatikan pendidikan di negeri ini.
Instruksi pertama,
kepada menteri pendidikan, sesuai dengan dengan keotonomian daerah maka untuk
penentuan kelulusan harus dikembalikan ke sekolah-sekolah karena sesuai dengan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (penentuan kelulusan harus didesentralisasikan
bukan disentralisaikan), hal itu dikarenakakn juga sekolahlah yang mengenal
para peserta didik. Itu harus dilakukan! Apabila, menteri pendidikan tersebut melawan atau tidak setuju, maka saya
harus pecat secara tidak hormat. Kemudian, saya akan memilih menteri pendidikan
yang berkompoten (yang mengerti tentang zig-zag-nya pendidikan di negri ini),
nasionalisme, dan loyalitasnya tinggi. Jika tidak, maka
hancurlah pendidikan dan bangsa secara umum.
Instruksi kedua, kepada seluruh gubernur. Para gubernur diharuskan seluruh progarmnya adalah
berbicara tentang pendidikan, jika tidak gubernur saya panggil dan saya peringatkan,
bahkan perlu saya berikan lampu merah, jika salah atau melawan saya buikan dia.
Saya juga akan menginstruksikan
kepada semua gubernur, berikan beasiswa sebagai stimulus buat para pelajar yang
berprestasi, bahkan memberikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada
seluruh siswa yang membanggakan daerahnya masing-masing. Cuma dengan hal itu, para pelajar kita akan terus
termotivasi dan dihargai. Jika didapati anak-anak yang usia sekolah, tetapi
tidak, bahkan belum sama sekali menginjakkan kakinya di lembaga pendidikan,
maka para gubernur saya akan panggil dan mengistruksikan kepada mereka, agar
dana yang ada pada RAPD itu digunakan untuk membangun sekolah-sekolah buat
mereka, membuatkan perpustakaan untuk mereka, memberikan beasiswa kepada keluarga
yang tidak mampu dan lain sebagainya. Saya juga akan memperhatikan keadaan para
guru lewat gubernur yang ada di negeri ini. Selain itu, saya juga akan
mengistruksikan kepada semua gubernur untuk meningkatkan kesejahtaraan para
guru, baik itu guru PNS maupun non PNS, karena mereka semua adalah lilin-lilin
bangsa yang dapat menerangi kegelapan di negeri ini.
Instruksi ketiga,
saya akan memanggil semua wali kota, bupati, lurah bahkan camat untuk secara
bersama-sama berdiskusi di gedung putih,
dalam hal memtransformasikan pendidikan di negeri ini. Bila perlu, saya
mengistruksikan kepada mereka untuk selalu turun ke sekolah-sekolah, bahkan ke
rumah-rumah rakyat untuk mendengar aspirasi mereka, bukan hanya pada pemilihan
umum baru turun ke rumah-rumah mereka untuk mencari suara. Setelah dari itu, memanifest apa yang diharapkan dari mereka. Kepada
para “little leaders”, saya instruksikan untuk segerah menutup program akta
mengajar yang ada di daerah-daerah, di negeri ini. Jika tidak, pendidikan ini
akan hancur, dikarenakan oleh orang yang bukan berjiwa pendidikan dipaksakan
untuk mendidik. Karena berbicara pendidikan bukan masalah pengetahuan, tetapi berbagai hal yang berhubungan dengan
peresrta didik.
Andaikata, para
gubernur, wali kota, bupati, lurah, camat, RT/RW mempunyai jiwa nasionalisme,
jiwa kenegaraan, seharusnya mengikuti instruksi saya sebagai presiden, yang
adalah kepala negara dan kepala pemerintahan. Dan sebagai seorang “little
leaders” seharusnya bermuka tebal kalau melakukan sesuatu lewat komando. Anda,
para “little leaders” harus tunjukkkan kepada daerah yang satu dengan daerah
yang lain atau bahkan kepada saya (presiden), bahwa anda peduli dengan
pendidikan, dengan cara memprioritaskan program pendidikan sebagai hal yang
sangat pokok dari program yang lain. Singkat kata, program-program yang tidak
memanusiakan manusia harus dihapus, dan hanya berfokus pada pendidikan saja.
Ayo, tunjukkanlah bahwa daerahmu ini tidak tertinggal, tidak bodoh, tidak
miskin dan tidak yang lainnya!
Hanya dengan pendidikan, saya
yakin bangsa kita akan maju dengan sangat drastis. Secara otomatis bangsa tidak
akan menggantungkan diri pada bangsa yang lainnya. Selain itu, propinsi-propinsi
kita juga tidak akan dikategori sebagi propinsi yang terbelakang tingkat SDM.
Saya yakin, banyak orang dari bangsa lain dan daerah lain akan berdatangan di negeri
kita untuk menimba ilmu. Saya selaku presiden akan memberikan penghargaan yang
setinggi-tingginya kepada ”little leaders” yang mendengar saya dan berusaha
memajukan pendidikan di daerahnya. Dan saya akan menghimbau kepada seluruh
masyarakat untuk mendukungmu, bilah perlu memilih kembali untuk menduduki
bangku jabatan tersebut sampai selama-lamanya. Jayahlah pendidikan kita,
jayakanlah negeri kita, jayakanlah propinsi kita! Merdeka!