Industri Pendidikan Tinggi: Penghasil Devisa*

Maman A. Djauhari

Dalam 8 pekan terakhir (Periode 20/ 02/ 2024 sampai dengan 14/04/2024), jumlah pengunjung ke showroom/ akun <Maman Djauhari> di ResearchGate bertambah banyak dan semakin beragam. Para pengunjung itu terdiri atas Postdoc researchers, PhD students dan Professors. Postdoc researcher, 76 Reads; PhD student, 27 reads; dan Professor, 11 reads.

Mereka berasal dari 71 negara asing dengan disiplin ilmu yang berbeda-beda dengan spektrum yang luas; mulai dari Hard Sciences (e.g., Probability Theory), Hard Engineering (Engineering Physics), Soft Engineering (Computer Security and Reliability) sampai dengan Soft Sciences (Business Administration, Marketing). Total ada 52 disiplin ilmu.

Data pengunjung lebih rinci yang diperoleh dari ResearchGate database per tanggal 14/04/2024 pukul 11.30) adalah sebagai berikut: Pertama, Asal Negara Para Pengunjung. Para pengunjung berasal dari 71 negara asing dengan jumlah Reads 579. Adapun negara asing dengan jumlah Reads terbanyak (>=10 Reads) adalah: 1. US (88 Reads); 2. Malaysia (87); 3. India (53); 4. UK (30); 5. Papua New Guinea (20); 6. Philippines (16); 7. Germany (15); 8. South Africa (14); 9. Hong Kong, Japan, Netherlands & Sri Lanka (10).

Kedua, Disiplin Ilmu Para Pengunjung. Para pengunjung berasal dari 52 disiplin ilmu. Diantaranya, ada 13 disiplin ilmu dengan jumlah Reads terbanyak (>=5 Reads), yaini: 1. Computational Economics (29 Reads); umumnya membaca artikel tentang Financial Market; 2. Statistics (12); 3. Teacher Education, Educational Technology, Teaching Methods (8); 4. Mycology, Immunology, Microbiology, Industrial Design (7); 5. Industrial Engineering (6); umumnya membaca artikel Statistical Complex Process Quality Control; 6. Nanotechnology, Materials Chemistry, Manufacturing (5)

Rekomendasi

Saat ini Indonesia memiliki ratusan ribu akademisi di mana sekitar 6.000 di antaranya adalah Guru Besar. Apabila para akademisi itu memiliki showroom/ akun masing-masing di International Scientific Databases, dan aktif meremajakan tampilan isi showroom tersebut dengan karya-karya yang berupa international scientific achievements, saya dapat membayangkan betapa cemerlangnya Indonesia di mata dunia.

Dengan individual showrooms sebanyak itu, saya yakin kita hanya perlu satu langkah lagi untuk membangun Industri Pendidikan Tinggi (IPT). IPT adalah industri BESAR penghasil devisa yang totally berbasis Human Capital dan bukan berbasis Natural Resources. Natural Resources boleh menyusut atau bahkan habis. Tapi Human Capital justru akan semakin kaya dan semakin melimpah apabila dikelola dengan baik dan benar.

Tidak perlu belajar jauh-jauh untuk membangun IPT penghasil devisa. Cukup belajar dari tetangga terdekat, sebut saja, Australia dan Singapore. Pada tahun 2015, di Australia sektor IPT adalah penyumbang terbesar ketiga kepada pembangunan ekonomi negara itu. Bagaimana dengan Singapore? Tahun 2010-2011 saya terlibat dalam pemasaran IPT yang dimotori oleh salah satu universitas ternama di Singapore dengan nilai ekonomi yang amat fantastis.

Pembangunan IPT sebagai penghasil devisa adalah tantangan yang amat sangat signifikan bagi para akademisi khususnya para Guru Besar. Ia juga adalah tantangan bagi berbagai organisasi Dosen/ Guru Besar. IPT adalah ibarat transformer yang akan mampu mengubah posisi/peran akademisi dari “beban” negara menjadi sumber penghasil devisa bagi negara.

Kepada semua akademisi, saya menghimbau; marilah kita mulai membangun showroom masing-masing di International Scientific Databases seperti ResearchGate. Lalu, kita konsisten meremajakan dan memelihara showroom tersebut. Tidak diperlukan biaya untuk itu.

Setelah itu, selanjutnya kita bangun bersama-sama showroom akademisi Indonesia (saya singkat SAIN) baik dalam scope PTN/ PTS, scope regional maupun scope nasional. Diharapkan semua Dosen terlibat dalam membangun SAIN. Dengan bermodalkan SAIN kita bangun IPT penghasil devisa. Ini industri milik kita. Industrinya para akademisi Indonesia untuk pembangunan negara bangsa!

Adakah PTN/ PTS yang berminat merintis pembangunan IPT penghasil devisa? Atau DIKTI barangkali? Atau BRIN barangkali? Atau ormas Muhammadiyah yang menaungi banyak PTS barangkali? Atau ormas yang lain? Saya siap berpartisipasi dan berkontribusi.


*Penulis adalah Ketua Majelis Guru Besar ITB 2007-2008; International Scientific Writer; dan dari Pusat Pengembangan Khaira Ummah (PPKU) Garut.

Post a Comment (0)
Previous Post Next Post