Gusti Omkang Hingmane,S.Pd.,Gr
Anak adalah
anugerah dari sang pencipta. Orang tua yang melahirkan anak harus bertangungjawab
terutama dalam soal mendidiknya, baik ayah sebagai kepala keluarga maupun ibu
sebagai pengurus rumah tangga. Keikutsertaan orang tua dalam mendidik anak
merupakan awal keberhasilan orang tua dalam keluarganya, apabila sang anak
menuruti perintah orang tuanya terlebih lagi sang anak menjalani didikan sesuai
dengan perintah agama.
Bobroknya
moral seorang anak dan remaja bisa diakibatkan salah satu kesalahan dari
orangtuanya seperti dalam hal mendidik anak terlalu keras atau keluarga yang
sedang bermasalah (broken home). Hal
tersebut dapat membuat anak menjadi orang yang temperamental. Kebanyakan dari
orang tua tidak memikirkan hal ini, mereka berasumsi jika mereka menjalani
hidup sebagaimana yang sedang mereka jalani, peran pengasuhan akan terurus dengan
sendirinya.
Dalam
era sekarang ini, peran penting orang tua sangat dibutuhkan. Berkenaan dengan
perkembangan kecanggihan teknologi, sesuatu yang tidak dapat dihindari, bahwa anak-anak
salah jalan. Teknologi IT yang paling sering digunakan para anak muda sekarang
adalah akses internet yang mudah ditemui. Padahal, pemerintah sudah
mengeluarkan undang-undang anti pornoaksi dan pornografi, tetapi masih saja
mereka kerap mengakses konten yang berbau negatif. Yang jelas dapat merusak
moral sang anak. Teknologi canggih yang semestinya diciptakan untuk menambah
wawasan malah berakibat pada moral yang jelek.
Pergaulan
merupakan interaksi antara beberapa orang baik berupa kekeluargaan, organisasi,
ataupun masyarakat. Melalui pergaulan kita akan berkembang karena jadi tahu
tentang tata cara bergaul. Sehingga menjadikan individu yang bersosial karena
pada dasarnya manusia memang makhluk sosial. Namun, pergaulan di era sekarang
ini telah banyak disalah artikan terutama dikalangan anak muda. Sekarang, kata-kata
pergaulan bebas sudah tidak asing lagi didengar oleh siapapun dan jelas
termasuk dalam kategori pergaulan yang negatif.
Pergaulan
yang negatif adalah salah satu dari sekian banyak penyebab kehancuran sang
anak. Saat ini dapat kita lihat banyaknya sistem pergaulan kawula muda yang
mengadopsi gaya ala barat (westernisasi) dimana ketika pergaulan ketimuran
telah pupus, mungkin anda pernah atau bahkan sering mendengar kata-kata MBA
(married by accident). MBA tampaknya sudah menjadi tren dikalangan remaja
dimana melakukan hubungan seks sebelum menikah, banyak dilakukan pada saat
pacaran. Anak-anak muda sudah menganggap tradisi ini hal yang biasa dilakukan
pada saat pacaran bahkan ada yang tidak segan-segan untuk merekam adegan mesum
tersebut untuk disebarkan dan ditonton dikhalayak ramai. Apakah ini bukan
kehancuran bagi sang anak? Jawabannya tentu saja iya.
Satu
lagi permasalahan yang sering ditakuti oleh orang tua yaitu narkoba. Sudah jelas barang haram ini dikategorikan sebagai
barang berbahaya dan terlarang yang bisa merusak generasi muda. Narkoba menjadi
jurang kehancuran bagi sang anak. Ironisnya memakai barang haram ini juga sudah
menjadi tren remaja sekarang dengan anggapan bila mengkonsumsi barang ini akan
menjadi senang atau yang dikenal dengan bahasa gaulnya fly. Padahal, sudah jelas menurut kesehatan mengkonsumsi
barang-barang sejenis narkoba sangat merusak kesehatan terutama pada sistem
syaraf, apalagi dengan mengkonsumsi barang ini akan membuat ketagihan dan
ketergantungan. Ini sungguh menakutkan.
Apakah
kita sebagai orang tua ingin melihat anak hancur masa depannya karena kesalahan
yang tidak semestinya terjadi? Di sinilah peran penting orang tua dalam
mengontrol dan mengawasi sang buah hati. Menjadi orang tua bukan soal siapa
kita, tetapi apa yang dilakukan. Pengasuhan tidak hanya mencakup tindakan,
tetapi mencakup pula apa yang kita kehendaki agar sang buah hati kita mengerti
akan hidup. Apa artinya hidup dan bagaimana menjalani kehidupan ini dengan baik.
Semua
pasti ingin menghendaki hal yang terbaik untuk anak-anaknya. Orang tua ingin
mendisiplinkan, mendorong, dan menasihati agar mereka berhasil menjalani
kehidupan sedari kanak-kanak hingga sampai dewasa. Orang tua harus menjadi yang
terbaik dalam hal apapun. Banyak orang tua ingin mendorong anaknya untuk
melakukan hal yang terbaik dalam kehidupannya. Termasuk ingin membuat buah
hatinya untuk bebas mengeluarkan dan menggali bakat dan minat yang dimiliki
sang anak.
Hal
yang semestinya dipahami adalah banyak anak mengalami kesulitan untuk
membedakan antara menerima atau menolak tindakan atas apa yang mereka lakukan.
Misalnya saja penerimaan orang tua terhadap prestasi yang dimiliki atau dicapai
anak bisa dianggap anak sebagai rasa cinta orangtua kepadanya, tetapi penolakan
yang dilakukan orang tua terhadap tindakan yang dilakukan anak membuat anak
beranggapan mereka tidak dicintai dan disayangi lagi. Setiap anak perlu tahu
kalau mereka disayangi dan dicintai orang tua dengan sepenuh hati, meskipun
sebaliknya, setiap orang tua harus mencintai dan menyayangi sang buah hati
tanpa syarat apapun, baik buruknya sifat maupun sikap yang dimiliki sang buah
hati, mereka harus menerima kekurangan dan kelebihan yang dimiliki oleh anak.
Semua
anak ingin diperhatikan kedua orang tuanya. Pernyatan ini sangat sederhana bagi
kita semua, tetapi sifatnya fundamental bagi kedua orang tua dalam mengasuh
buah hati mereka. Karenanya, dalam pola pengasuhan sebaiknya setiap orang tua tidak
boleh membedakan anak satu sama lain.
Kita
juga tidak semestinya membedakan buah hati mereka, baik dalam mendidik maupun
memberikan perhatian kepada sang anak. Harus ada rasa keadilan, tidak boleh
pilih kasih, karena akan menimbulkan kecemburuan diantara anak. Yang ditakutkan
nanti akan membuat anak menjadi rusak, bahkan berpikir kalau mereka tidak
disayangi lagi, bahkan ada anak yang beranggapan kalau mereka itu bukan anak
dari orang tua mereka sendiri, karena selalu dibeda-bedakan dengan yang lainnya.
Orang
tua tidak seharusnya memperlihatkan emosi yang negatif kepada anak-ananya.
Ketidakmampuan setiap orang tua dalam mengontrol emosi membuat anak menjadi
temperamental dan mempunyai sifat maupun sikap yang buruk yaitu mudah
emosional. Akibatnya, orang tua yang demikian tidak bisa menjadi model atau
peran yang baik untuk anak-anaknya dalam mengontrol anak dan mengasuh buah
hatinya.
Tujuan
orang tua sebenarnya untuk mengkomunikasikan kepada buah hatinya bahwa mereka
memiliki hak untuk merasakan apapun yang mereka rasakan, Mengajari sang buah
hati untuk menghargai dan menikmati setiap saat dalam kehidupan sehingga mampu
memberi motivasi kepada anak dalam mencegah serta menghadapi masalah yang
mereka hadapi ke depan.
Terkadang
orang tua sering lupa untuk berinteraksi dengan anak- anaknya. Ada diantara
mereka yang lebih mementingkan pekerjaan dari pada melakukan hal itu. Bagi
mereka hal itu tidak perlu dilakukan. Mereka beranggapan bahwa materi yang
dibutuhkan anak, Padahal seorang anak tidak hanya membutuhkan materi namun juga
perhatian dan interaksi dengan orangtuanya. Mereka membutuhkan komunikasi
dengan orang tuanya. Mereka juga ingin bertukar pikiran dengan orang tuanya.
Mereka ingin menceritakan pegalaman apa yang mereka rasakan sehari-hari, baik
itu pangalaman yang baik maupun pengalaman yang buruk.
Sekali
lagi yang perlu diingat oleh kedua orang tua adalah jika seorang anak atau
remaja kurang mendapatkan perhatian dari orang tua, besar kemungkinan dia akan
menjadi seorang anak dan remaja yang temperamental. Sang anak menjadi bebas
dalam melakukan segala hal, baik itu dalam hal kebaikan maupun keburukan.
Sebagai orangtua seharusnya memiliki kemampuan untuk memusatkan perhatian pada
perilaku positif serta tak lupa pada perilaku buruk sang anak.
Sebagai
orang tua yang baik, jangan melihat keburukan atau kebaikan. Namun, lihatlah
dari tata cara bergaul sang anak, dengan siapa bergaul, bagaimana luas
pergaulannya. Bukan sekedar untuk membatasi sang anak dalam bergaul, namun
diharapkan impian melihat anak sukses mengarungi kehidupan tanpa mengalami
kesalahan dalam pergaulan baik dilingkungan keluarga, atau lingkungan luar
menjadi sebuah kenyataan. Manfaatnya kembali ke orang tua, sebab sang anak lalu
menjadi orang yang menghargai kedua orang tua. Merdeka!